Iran pada Sabtu (27/11/2010) mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dibangun oleh Rusia di Bushehr telah mulai beroperasi, menjelang putaran baru perundingan dengan pihak Barat mengenai program nuklir kontroversial negara itu.
"Tanpa ada propaganda dan kerepotan kami menyegel tutup reaktor dan semua batang bahan bakar sudah berada di dalam inti reaktor, kata kepala program nuklir Iran Ali Akbar Salehi seperti yang dikutip kantor berita Fars.
Salehi mengatakan otoritas di negara itu memperkirakan bahwa listrik yang dihasilkan di PLTN Bushehr akan terhubung dengan jaringan listrik nasional dalam satu atau dua bulan.
Iran mengatakan bahwa negara tersebut membutuhkan PLTN yang telah dibangun sejak 1970-an di sebelah selatan kota pelabuhan Bushehr sebelum akhirnya disempurnakan oleh Rusia untuk memenuhi permintaan listrik Iran.
Namun pemerintah Barat menuduh program nuklir Iran adalah topeng untuk menutupi program peningkatan kapasitas persenjataan nuklir, ambisi yang terus dibantah oleh Teheran.
Pengumuman Salehi tersebut datang menjelang negosiasi yang tampaknya akan dilanjutkan antara negara-negara kuat dunia dengan Iran mengenai program nuklir kontroversial Teheran di Jenewa pada 5 Desember.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan pada pekan ini bahwa ia menerima "konfirmasi tidak resmi" dari Iran mengenai tanggal dan lokasi pembicaraan, "namun saya ingin suatu konfirmasi resmi."
Iran dan enam negara dunia --Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Inggris, dan Jerman-- telah setuju untuk kembali ke meja perundingan untuk pertama kali sejak Oktober 2009, namun kedua pihak berbeda pendapat mengenai isu yang akan diangkat.
Kuasa-kuasa dunia ingin fokus pembicaraan mengenai program pengayaan uranium Iran namun Teheran ingin diskusi lebih meluas termasuk membicarakan isu keamanan regional.
Iran terkena empat sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa namun menolak untuk menangguhkan program nuklirnya, proses sensitif yang dapat digunakan untuk membuat bahan bakar nuklir atau bila pengolahannya ditingkatkan dapat menjadi inti bom atom.
Bulan lalu, Iran mengatakan pihaknya telah mulai mengisi bahan bakar --disediakan oleh Moskwa yang juga menyuplai bahan bakar yang habis-- ke inti reaktor pembangkit Bushehr, tindakan yang membuat fasilitas tersebut lebih dekat lagi untuk menghasilkan nuklir setelah beberapa dasawarsa penundaan.
Iran mulai mengirimkan bahan bakar ke fasilitas tersebut pada 21 Agustus, proses yang digambarkan sebagai "peluncuran fisik" dari PLTN.
Pada 4 Oktober, Salehi mengatakan PLTN akan siap menghasilkan listrik pada Januari, dua bulan lebih lambat sebelum pengumuman sebelumnya.
Proses untuk mengisi bahan bakar sedikit tersendat yang disebut Salehi diakibatkan oleh "cuaca yang sangat panas" di Bushehr.
Awal Oktober, Salehi mengatakan kebocoran kecil di kolam dekat reaktor Bushehr telah menunda dimulainya operasi PLTN dan empat hari lalu, ia juga kembali mengulang bantahan yang sebelumnya dinyatakan pejabat Iran mengenai ’worm’ komputer yang hebat, Stuxnet, sedang mengacaukan program nuklir Iran.
"Tanpa ada propaganda dan kerepotan kami menyegel tutup reaktor dan semua batang bahan bakar sudah berada di dalam inti reaktor, kata kepala program nuklir Iran Ali Akbar Salehi seperti yang dikutip kantor berita Fars.
Salehi mengatakan otoritas di negara itu memperkirakan bahwa listrik yang dihasilkan di PLTN Bushehr akan terhubung dengan jaringan listrik nasional dalam satu atau dua bulan.
Iran mengatakan bahwa negara tersebut membutuhkan PLTN yang telah dibangun sejak 1970-an di sebelah selatan kota pelabuhan Bushehr sebelum akhirnya disempurnakan oleh Rusia untuk memenuhi permintaan listrik Iran.
Namun pemerintah Barat menuduh program nuklir Iran adalah topeng untuk menutupi program peningkatan kapasitas persenjataan nuklir, ambisi yang terus dibantah oleh Teheran.
Pengumuman Salehi tersebut datang menjelang negosiasi yang tampaknya akan dilanjutkan antara negara-negara kuat dunia dengan Iran mengenai program nuklir kontroversial Teheran di Jenewa pada 5 Desember.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan pada pekan ini bahwa ia menerima "konfirmasi tidak resmi" dari Iran mengenai tanggal dan lokasi pembicaraan, "namun saya ingin suatu konfirmasi resmi."
Iran dan enam negara dunia --Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Inggris, dan Jerman-- telah setuju untuk kembali ke meja perundingan untuk pertama kali sejak Oktober 2009, namun kedua pihak berbeda pendapat mengenai isu yang akan diangkat.
Kuasa-kuasa dunia ingin fokus pembicaraan mengenai program pengayaan uranium Iran namun Teheran ingin diskusi lebih meluas termasuk membicarakan isu keamanan regional.
Iran terkena empat sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa namun menolak untuk menangguhkan program nuklirnya, proses sensitif yang dapat digunakan untuk membuat bahan bakar nuklir atau bila pengolahannya ditingkatkan dapat menjadi inti bom atom.
Bulan lalu, Iran mengatakan pihaknya telah mulai mengisi bahan bakar --disediakan oleh Moskwa yang juga menyuplai bahan bakar yang habis-- ke inti reaktor pembangkit Bushehr, tindakan yang membuat fasilitas tersebut lebih dekat lagi untuk menghasilkan nuklir setelah beberapa dasawarsa penundaan.
Iran mulai mengirimkan bahan bakar ke fasilitas tersebut pada 21 Agustus, proses yang digambarkan sebagai "peluncuran fisik" dari PLTN.
Pada 4 Oktober, Salehi mengatakan PLTN akan siap menghasilkan listrik pada Januari, dua bulan lebih lambat sebelum pengumuman sebelumnya.
Proses untuk mengisi bahan bakar sedikit tersendat yang disebut Salehi diakibatkan oleh "cuaca yang sangat panas" di Bushehr.
Awal Oktober, Salehi mengatakan kebocoran kecil di kolam dekat reaktor Bushehr telah menunda dimulainya operasi PLTN dan empat hari lalu, ia juga kembali mengulang bantahan yang sebelumnya dinyatakan pejabat Iran mengenai ’worm’ komputer yang hebat, Stuxnet, sedang mengacaukan program nuklir Iran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar